Sabar yang Aktif, Gigih dan Pantang Menyerah

160613 vivin mengajakku ke pameran komputer di JCC, katanya dia mau beli hape 😳 . Saya okein karena kebetulan hari itu ga ada agenda. Ah sungguh saya merindukan bus 921 yang tua itu. Meski renta tapi 921 menyimpan banyak kenangan #halah. Meski lama tapi 921 mengajarkanku arti penting dari sabar dan percaya #uhuk. Meski jarang tapi 921 memberi pelajaran tentang pentingnya sebuah kesetiaan #apadeh. Yang jelas kalo naik 921 tu langsung nyampe di depan JCC, karena dia merupakan bus jurusan Kampung Melayu – Blok M. Tarifnya cuma Rp 2.000, 00 pula. Murah banget kan, coba sekarang masih ada mungkin jadi Rp 3.000, 00 pasca naiknya tarif BBM, ah tetap saja terhitung murah untuk jarak segitu. *kemudian saya bingung kenapa ini malah nyeritain 921

Oke, saya akan move on dari 921 ke 119. 119 adalah angkutan bus AC jurusan Kampung Melayu – Cimone. Saat itu kami putuskan untuk naik 119 karena kalau naik transjak musti transit dulu, nyari praktis. Di dalam 119 vivin sempat cerita sedikit tentang *cukup saya yang tahu* 😛 yayaya saya mencoba belajar dari ceritanya dan mengumpulkan hikmah yang terserak. Pembicaraan terus berlanjut hingga kami sadar bahwa kami telah NYASAR, kami turun di depan JDC (Jakarta Design Center).. Yaa Allah, itu ibu salah denger kali yaaa, kami kan nanya JCC masih jauh ga, ibunya bilang iya mbak masih depan sana.. saya juga turun di situ, oke kami percaya. Tiba di sebuah perempatan itu ibu mengajak turun, kami pun mengikutinya dari belakang. Eh pas udah di jalan kok de javu yak, ini mah perempatan tempat aku dulu kepisah ama rombongan pas mau touring ke sahabat bumi, Mei 2012 lalu 😆 Perasaan jadi sedikit ga enak, terbersit, “jangan2 nyasar lagi nih”. Dan ternyata benar, setelah tanya2 ini di seberang jalan tu ada gedung JDC, sedangkan JCC harus balik agak jauh sebelum tempat ini 😡 . Saya jadi merasa bersalah, melibatkan vivin dalam kebodohan saya :neutral:. Kami langsung naik kopaja nomer berapa gitu #lupa untuk balik ke JCC, alhamdulillah sampai juga. Sambil berjalan kaki menuju gedung JCC keselip obrolan yang telah berhasil saya ringkas menjadi:

“Sebenarnya, selain harus bersabar atas hajat yang belum diijabah-Nya kita juga harus senantiasa bersyukur untuk kondisi seperti sekarang ini. Dalam memasuki gerbang pernikahan itu ibarat kita akan melakukan perjalanan panjang dan penting (ngetrip long journey lah yaa). Nah, biasanya apa sih yang kamu lakukan ketika akan melakukan sebuah perjalanan /ngetrip? Pasti nyari info sebanyak – banyaknya kan? Mulai dari gugling catper, cari info budget-nya habis berapa kira2, cari info kondisi di sana seperti apa, barang2 apa saja yang perlu dipersiapkan, naik apa, serta tanya2 ke teman yang sudah pernah mengunjungi tempat tersebut. Mmm semua info yang menyeluruh tadi laksana ilmu, ilmu yang harus kita miliki terlebih dahulu sebelum menikah tentunya. Bukankah ilmu akan senantiasa memanggil pemiliknya untuk mengamalkan ilmu tersebut? 🙂 Gampangnya seperti ini, saya pengen menang lomba silat, ya saya harus belajar ilmu silat terlebih dahulu. Saya pengen naik haji, ya saya harus belajar ilmu haji terlebih dahulu. Begitu pula dengan menikah. Karena dengan ilmu yang kita miliki sebelum “prakteknya” akan meminimalisir kita untuk terlalu jauh melakukan kesalahan. Karena dengan kita cari info terlebih dahulu, kita minimalisir kesasar ketika ingin mencapai suatu tempat. Karena jika kita tahu shalat tepat waktu itu susah, kita bisa belajar dari sekarang. Karena jika kita tahu merutinkan baca Qur’an beserta artinya itu susah, kita bisa belajar dari sekarang. Karena jika kita tahu menghafal ayat2 Al Qur’an itu susah, kita mulai biasakan dari sekarang. Karena jika kita tahu bangun tengah malam untuk tahajjud itu susah, kita biasakan dari sekarang. Karena jika kita tahu kedua orang tua kita masih sangat membutuhkan kasih sayang kita hingga saat ini bahkan ketika kita sudah menikah, kita tak boleh sedikitpun luput memperhatikannya mulai sekarang. Karena jika kita tahu mars dan venus memiliki karakteristik yang sangat berbeda, kita pelajari dari sekarang. Karena jika kita tahu bahwa madrasah pertama seorang anak adalah ibunya sendiri, kita harus menimba banyak ilmu mulai sekarang. Karena jika kita tahu bahwa kitalah yang akan menggoreskan tinta pada lembaran putih kehidupan anak2 kita kelak, bijaknya kita belajar mengasah pena terbaik mulai sekarang. Yaa Rabb sesungguhnya tanggung jawab itu sangatlah besar, mampukan kami dengan kuasaMu. Berikanlah kami kekuatan untuk bisa sabar yang aktif, sabar yang gigih dan sabar yang tidak pentang menyerah. Juga senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang sungguh kami tak pernah meminta sedetail ini sebelumnya. Jadikanlah kami ridha untuk setiap ketetapanMu. Aamiin.”

Terima kasih pakai cinta yang besar buat Vivin atas brainstormingnya 😳

About penggapai mimpi

Buat mimpi setinggi dan sebanyak mungkin, lakukan sebaik-baik aksi lalu gapai sebanyak-banyaknya. Jangan pernah sedikitpun lupa akan Yang Maha Kuasa. Masalah pencapaian yang meleset, setidaknya ia meleset dari impian terbaik, bukan dari impian remeh.
This entry was posted in About Them and Us. Bookmark the permalink.

Leave a comment